Cari Blog Ini

Senin, 25 September 2017

Resensi Buku Garis Waktu -Fiersa Besari-






















Judul : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
ISBN : 978-979-794-525-1
Jumlah Halaman : 211
Genre : Kumpulan Cerita

Blurd :
Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu. Maka, ikhlaskan saja kalau begitu. Karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan.
Fiersa Besari (atau akrab disapa Bung) kelahiran Bandung tanggal 3 Maret. Lulusan Sastra Inggris yang pernah membuat sebuah album musik independen berjudul "11:11" pada tahun 2012, disusul dengan album musik "Tempat Aku Pulang" pada tahun 2013.

Sebelumnya saya tidak tahu isi buku ini menceritakan tentang apa. Tapi saya tetap saja "keukeuh" membeli buku ini. Hanya satu yang membuat yakin yaitu penulisnya seorang Fiersa Besari. Saya memang sering membaca tulisan-tulisannya di media sosial. Tulisan yang tak basa-basi dan menghunus sampai hati. Hehehe.

Garis Waktu ini merupakan buku pertama dari Fiersa Besari. Bercerita tentang titik-titik peristiwa sang "aku" dengan "kamu" dari mulai perkenalan, kasmaran, pacaran, patah hati, hingga pengikhlasan yang tersusun secara kronologis dalam kurun waktu 2012-2016. Pertemuan pertama dimana sang lelaki terlebih dulu menaruh hati pada gadis impiannya itu. Rintangan memang selalu ada di depan, gadis tersebut ternyata sudah memiliki hati untuk dibagi. Namun ditengah keterpurukan ketidakpastian yang melanda, waktu pun menjawab semua. Lambat laun sang gadis mulai membuka hati pada lelaki yang selalu ada saat ia berkeluh-kesah. Masa-masa indah penyatuan hati pun dirasakan oleh mereka. Dan lagi-lagi tentang masalah waktu, ternyata kisah mereka tak sebanding lurus dengan yang diharap. Mereka berpisah. Lagi-lagi waktu yang akan menuntun mereka semua untuk belajar mengikhlaskan, berjalan kedepan untuk hidupnya masing-masing.

Dengan tulisan yang Maha puitisnya (namun tak lebay), buku ini menjelma menjadi buku kesukaan saya. Fiersa Besari piawai sekali membuat saya merasakan sedihnya sang "Aku" kala harus melepas gadis yang memporak-porandakan jagat rayanya, mengikhlaskannya, dan melihatnya bahagia dengan segala pilihannya.

Baca juga : Resensi Buku Konspirasi Alam Semesta Fiersa Besari

Buku ini layaknya novel, namun tidak ada cerita yang utuh. Uniknya, buku ini mengawali setiap chapter dengan gambar hitam putih yang mereprentasikan cerita untuk memperkuat emosi. Kisahnya pun disusun menjadi satu kesatuan yang berkorelasi berdasarkan bulan dan tahun kejadian.


Jika ingin menetap jangan menetap sebagai 'tanda tanya', tapi sebagai 'titik' pengembaraan. Kau jernih diantara buram, nyata diantara nanar. Biar ku rengkuh dirimu beberapa milimeter ke dekat jantungku, agar detaknya seirama dengan jantungmu. Karena aku ingin hatiku dan hatimu berkonspirasi, berkonsorsium, berkongsi, berkompiliasi, berkomplot hingga akhirnya berkolaborasi. (hal 20)
Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan yang memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi. Bahagia adalah bonus. (hal 61) 
Karena... Aku manyayangimu tanpa 'karena' (hal 85) 
Lebih mengagumkan lagi bagi saya, buku ini tak melulu hanya menceritakan perjalanan kisah cinta yang mendewasakan "aku" dan "kamu", namun juga menyelipkan cerita tentang jati diri, cita-cita, humanisme dan sosial. 
Ya... "cita-cita" adalah pelangiku, sesuatu yang membuatku tahu bahwa aku tidak lahir ke bumi ini sekedar menumpang lewat. titik kecil ini menandai eksistensiku sebagai manusia. (hal 105) 
Dirimu hanya ada satu di muka bumi. Lebih baik di benci karena lidah berkata jujur, daripada disukai karena lidah menjilat. Pengagummu akan pergi setelah kau tak sesuai lagi dengan imajinasinya, tapi orang yang menyayangimu akan tetap tinggal betapa pun buruknya dirimu. Dan terima apa adanya tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain, itu indah. (hal 29)
Aku, biarlah seperti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur.... Kau juga. (hal. 137)  
Secara keseluruhan, saya sangat suka buku ini. Sederhana namun bermakna, tak melulu soal cinta. Dengan pemilihan diksi yang cerdas, yang sangat mempercantik tulisannya. Banyak chapter yang membuat saya tersentuh bahkan terinspirasi salah satunya "Sejauh Apa Cita-cita Membawaku Pergi?". Chapter ini membuat saya membacanya beberapa kali (karena mungkin persis sama seperti yang sedang dialami, hehehe).

Share:

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Bwin Casino - Jeopardy Slot Machines in 2021 - JTG Hub
    › gaming › bwin › gaming › bwin bwin › gaming › bwin Bwin bwin bwin bwin 양주 출장샵 bwin bwin 충청북도 출장마사지 bwin bwin 인천광역 출장마사지 bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin 동두천 출장마사지 bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin bwin 부천 출장안마 bwin bwin bwin

    BalasHapus